SELAMAT DATANG DI CIPONTIRTA NEWS

Thursday, October 27, 2011

Kekeringan di Pontirta dan Pasokan Air Bersih PDAM Putus Akibatkan Warga Kesulitan Air

Sejak terjadinya gagal panen akibat kemarau yg menerpa 226 hektar petani di banten, saat ini areal sawah seluas 86.114 hektar di Banten merupakan sawah tadah hujan dari total luas baku sawah di Banten seluas 197.530 hektar. Adapun Serang Utara sebagai lumbung padi provinsi yang berbasis tadah hujan terkena imbasnya dengan gagalnya panen di kecamatan Tirtayasa 86 hektare, Kopo 30 hektare , Mancak 3 hektare, Tunjung Teja 25 hektare, Tanara 25 hektare dan Kecamatan Petir 45 hektare antisipasi terkait masih belum nampak dilakukan.





Sebagaimana kutipan antara

yang menjelaskan Tim Reaksi Cepat bentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten belum mampu memberikan laporan investigatif atas krisis yg terjadi untuk memantau warga yang kesulitan air bersih didaerah.



Terlebih surutnya sungai sebagai sumber tadah hujan masyarakat serang utara menyusut drastis. Investigasi dilakukan pada Sungai yg membelah cipatuk hingga linduk, tingkat surut mencapai 1 meter (lihat foto2). Batas tersebut terlihat jelas pada beton jembatan dan ukuran tanggul yg surut. Bahkan, Pipa PDAM tidak mencapai air, sehingga pasokan air bersih untuk masyarakat putus.



Pantauan pada hulu bendungan Pamarayan juga terjadi penyusutan drastis. Pelaksana Operasional dan Pemeliharaan Bendung Pamarayan Nendi Zulfandi mengatakan, kondisi air Bendung Pamarayan di Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, semakin

menyusut.



Bila demikian, tidak hanya persoalan musim tanam petani sawah, perkebunan yang terancam, tetapi lebih dahsyat lagi adalah putusnya pasokan air bersih bagi masyarakat pontirta (pontang, tirtayasa dan tanara) yang merupakan sumber hajat utama untuk keseharian kebersihan. Dengan hilangnya pasokan air bersih tersebut, dipastik musim diare, penyakit kulit dan epidemi lainnya akan marak menjadi fenomena yang akan dijumpai.



Masyarakat kampung Linduk dan Kubang Puji yang dekat dengan PDAM menjelaskan kesulitannya mendapat air bersih, bahkan bila mendapat air pun, air tersebut berwarna lumpur sangat jauh dari standar baku mutu. Kesulitan tersebut ditambah dengan susut sungai sekunder, dan keringnya irigasi. Kreatifitas masyarakat membuat kolam sumur disungai mencerminkan keadaan dalam siaga bencana kemarau.





Sejauh ini, isu kemarau masih kalah menarik dari isu politik lainnya, padahal utamanya; hak hajat hidup masyarakat harus diutamakan untuk diberi pelayanannya.





Apakah dengan pasokan air bersih yg putus dapat mendongkrak popularitas calon gubernur untuk menarik simpati konstituen dengan memberikan tangki air bersih sebagai modal mendulang suara pemilu? CUKUP! Masyalah air adalah air, tak usah dibawa kepolitik segala.



Masyarakat pontirta sudah terkena imbas kemarau. Saatnya, suplai air pada segala hulu sungai dialiri.



Kebijakan irigasi dan peta pasokan air harus menjadi prioritas saat ini, sebelum ancaman yang disebutkan diatas terjadi. Mari sama-sama menyuarakan isu kemarau ini menjadi isu utama yg penting untuk diselesaikan segera. (SEIKIBAE/LLJ)

WebRepOverall rating

No comments:

Post a Comment